Minggu, 01 Juli 2018

Perkembangan Teknologi Wireless di Indonesia

            Wireless adalah jika dari arti katanya dapat diartikan “tanpa kabel”, yaitu melakukan suatu hubungan telekomunikasi menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai pengganti media kabel. Saat ini teknologi wireless sudah berkembang pesat, buktinya dapat dilihat dapat dilihat dengan semakin banyaknya yang menggunakan telepon sellular, selain itu berkembang juga teknologi wireless yang dipakai untuk mengakses internet.

Kelebihan Wireless, sebagai mana di bawah ini :
   ·         Pembagunan jaringan yang cepat.
   ·         Mudah dan murah untuk direlokasi.
   ·         Biaya pemeliharaannya murah.
   ·         Infrastruktur berdimensi kecil.
   ·         Mudah untuk dikembangkan.
   ·         Sumber-sumber file bisa pindahkan dengan mudah tanpa menggunakan media kabel.
   ·         Mudah sekali untuk di-setup, dan juga handal sehingga cocok untuk pemakaian di kantor maupun di rumah.

Kekurangan wireless, dimana ada kelebihan tentunya pasti ada kekurangannya, antara lain :
   ·         Keamanan atau kerahasiaan data data rentan.
   ·         Interferensi gelombang radio.
   ·         Delay (kelambatan) yang besar.
   ·         Biaya peralatan rata-rata mahal.
   ·         Produk dari produsen yang berbeda-beda kadang tidak kompatibel/cocok.
   ·         Kualitas sinyalnya dipengaruhi oleh keadaan udara maupun cuaca, artinya kualitas dari koneksinya saat cuaca bagus akan berbeda, saat kualitas koneksi cuaca buruk (kalau dipakai diluar gedung/ruangan) dan dipengaruhi juga oleh batas-batas dinding gedung atau ruangan.
   ·         Mahal dalam investasinya, kalau dibanding dengan menggunakan media kabel.
   ·         Kemungkinan penyadapan koneksinya lebih besar terjadi, jika dibandingkan dengan menggunakan media kabel.
  

Cara kerja wireless ini disebabkan karena komputer mempunyaii built transreceiver seperti wakly-talky. Transreceiver yang disebut dengan adapter wireless. Adaptor wireless melakukan sejumlah pekerjaan. Yang pertama, mendeteksi apakah terdapat jaringan wireless disekitar komputer melalui radio dan  juga tuning menghubungkan penerima untuk mendeteksi setiap ada sinyal yang masuk. Setelah ada sinyal terdeteksi, untuk menghubungkannya yaitu melalui sign dan otentikasi pengguna. Apapun data yang dikirimkan dari komputer atau melalui laptop/notebook diubah melalui adaptor wireless, dari bentuk digital (0s & 1s) menjadi sinyal radio (bentuk analog).


Konversi sinyal data digital kebentuk analog disebut dengan “modulasi”. Sinyal data digital ditumpangkan ke gelombang radio analog. Beberapa prinsip kerja wireless yang berbeda untuk melakukan hal ini, sehingga bagian data digital akan lebih banyak dapat dibawa oleh gelombang radio analog. Teknik yang dipakai untuk modulasi menentukan kecepatan dari transfer data jaringan wireless. Lalu sinyal radio yang disalurkan biasanya mempunyai frekuensi lebih dari 2,4 GHz diterima oleh sebuah router wireless ataupun sebuah wireless adapter.

Sebuah router witeless yaitu suatu stasiun penerima dari jaringan wireless. Hal tersebut direkonversi dari sinyal data radio ke dalam bentuk sinyal digital, oleh sinyal “demodulating” dan mengirimkannya melalui koneksi kabel Ethernet ke jalur super informasi yang disebut dengan internet.

Cara kerja dari wireless selanjutnya adalah proses sebaliknya saat menerima informasi pada komputer melalui jaringan wireless. Kali ini router menerima data digtal dari internet dan juga memodulasi kedalam bentuk analog. Lalu kemudian antena adapter wireless menerima sinyal analog dimodulasi dan demodulates kembali kedalam bentuk digital lalu ditransfer kedalam komputer.


1. Wireless Wide Area Networks (WWAN)

Teknologi WWAN memungkinkan pengguna untuk membangun koneksi nirkabel melalui jaringan publik maupun privat. Koneksi ini dapat dibuat mencakup suatu daerah yang sangat luas, seperti kota atau negara, melalui penggunaan beberapa antena atau juga sistem satelit yang diselenggarakan oleh penyelenggara jasa telekomunikasinya. Teknologi WWAN saat ini dikenal dengan sistem 2G (second generation). Inti dari sistem 2G ini termasuk di dalamnya Global System for Mobile Communications (GSM), Cellular Digital Packet Data (CDPD) dan juga Code Division Multiple Access (CDMA). Berbagai usaha sedang dilakukan untuk transisi dari 2G ke teknologi 3G (third generation) yang akan segera menjadi standar global dan memiliki fitur roaming yang global juga. ITU juga secara aktif dalam mempromosikan pembuatan standar global bagi teknologi 3G.

2. Wireless Metropolitan Area Networks (WMAN)

Teknologi WMAN memungkinkan pengguna untuk membuat koneksi nirkabel antara beberapa lokasi di dalam suatu area metropolitan (contohnya, antara gedung yang berbeda-beda dalam suatu kota atau pada kampus universitas), dan ini bisa dicapai tanpa biaya fiber optic atau kabel tembaga yang terkadang sangat mahal. Sebagai tambahan, WMAN dapat bertindak sebagai backup bagi jaringan yang berbasis kabel dan dia akan aktif ketika jaringan yang berbasis kabel tadi mengalami gangguan. WMAN menggunakan gelombang radio atau cahaya infrared untuk mentransmisikan data. Jaringan akses nirkabel broadband, yang memberikan pengguna dengan akses berkecepatan tinggi, merupakan hal yang banyak diminati saat ini. Meskipun ada beberapa teknologi yang berbeda, seperti multichannel multipoint distribution service (MMDS) dan local multipoint distribution services (LMDS) digunakan saat ini, tetapi kelompok kerja IEEE 802.16 untuk standar akses nirkabel broadband masih terus membuat spesifikasi bagi teknologi-teknologi tersebut.

3. Wireless Local Area Networks (WLAN)

Teknologi WLAN membolehkan pengguna untuk membangun jaringan nirkabel dalam suatu area yang sifatnya lokal (contohnya, dalam lingkungan gedung kantor, gedung kampus atau pada area publik, seperti bandara atau kafe). WLAN dapat digunakan pada kantor sementara atau yang mana instalasi kabel permanen tidak diperbolehkan. Atau WLAN terkadang dibangun sebagai suplemen bagi LAN yang sudah ada, sehingga pengguna dapat bekerja pada berbagai lokasi yang berbeda dalam lingkungan gedung. WLAN dapat dioperasikan dengan dua cara. Dalam infrastruktur WLAN, stasiun wireless (peranti dengan network card radio atau eksternal modem) terhubung ke access point nirkabel yang berfungsi sebagai bridge antara stasiun-stasiun dan network backbone yang ada saat itu. Dalam lingkungan WLAN yang sifatnya peer-to-peer (ad hoc), beberapa pengguna dalam area yang terbatas, seperti ruang rapat, dapat membentuk suatu jaringan sementara tanpa menggunakan access point, jika mereka tidak memerlukan akses ke sumber daya jaringan.
Pada tahun 1997, IEEE meng-approve standar 802.11 untuk WLAN, yang mana menspesifikasikan suatu data transfer rate 1 sampai 2 megabits per second (Mbps). Di bawah 802.11b, yang mana menjadi standar baru yang dominan saat ini, data ditransfer pada kecepatan maksimum 11 Mbps melalui frekuensi 2.4 gigahertz (GHz). Standar yang lebih baru lainnya adalah 802.11a, yang mana menspesifikasikan data transfer pada kecepatan maksimum 54 Mbps melalui frekuensi 5 GHz.

4. Wireless Personal Area Networks (WPAN)

Teknologi WPAN membolehkan pengguna untuk membangun suatu jaringan nirkabel (ad hoc) bagi peranti sederhana, seperti PDA, telepon seluler atau laptop. Ini bisa digunakan dalam ruang operasi personal (personal operating space atau POS). Sebuah POS adalah suatu ruang yang ada disekitar orang, dan bisa mencapai jarak sekitar 10 meter. Saat ini, dua teknologi kunci dari WPAN ini adalah Bluetooth dan cahaya infra merah. Bluetooth merupakan teknologi pengganti kabel yang menggunakan gelombang radio untuk mentransmisikan data sampai dengan jarak sekitar 30 feet. Data Bluetooth dapat ditransmisikan melewati tembok, saku ataupun tas. Teknologi Bluetooth ini digerakkan oleh suatu badan yang bernama Bluetooth Special Interest Group (SIG), yang mana mempublikasikan spesifikasi Bluetooth versi 1.0 pada tahun 1999. Cara alternatif lainnya, untuk menghubungkan peranti dalam jarak sangat dekat (1 meter atau kurang), maka user bisa menggunakan cahaya infra merah.
Untuk menstandarisasi pembangunan dari teknologi WPAN, IEEE telah membangun kelompok kerja 802.15 bagi WPAN. Kelompok kerja ini membuat standar WPAN, yang berbasis pada spesifikasi Bluetooth versi 1.0. Tujuan utama dari standarisasi ini adalah untuk mengurangi kompleksitas, konsumsi daya yang rendah, interoperabilitas dan bisa hidup berdampingan dengan jaringan 802.11.


Sejak adanya Internet di Indonesia tahun 1994, semua pemakai Internet mengalami kesulitan untuk menggunakan jaringan yang disediakan oleh PT Telkom Indonesia. Kondisi ini kemudian memicu kehadiran gerakan untuk sosialisasi teknologi nirkabel yang konsisten.

Perkembangan nirkabel pun kemudian bergerak di Indonesia sejak dikeluarkannya Kepdirjen Postel No 241 tahun 1999 mengenai penggunaan nirkabel di frekuensi 2,4 GHz. Hal ini diperkuat oleh Keputusan Menteri Departemen Perhubungan No.2 tahun 2005 mengenai penggunaan nirkabel di frekuensi 2,4 GHz.

Pada prinsipnya, penggunaan radio nirkabel ini kemudian dibebaskan dari biaya hak penggunaan frekuensi, sertifikat radio nirkabel sebagai izin siaran radio, pembatasan kekuatan daya pancar radio sampai dengan 36 Dbmwatt, dan pengaturan penggunaan radio nirkabel oleh komunitas.

Di lain pihak, jika melihat fakta, sejak awal tahun 2000 masih sangat sulit mencari teknisi nirkabel. Orang yang mengerti secara rinci teknologi nirkabel pun masih tergolong sedikit. Apalagi banyak orang yang pengetahuan nirkabelnya didapat dari “jalanan” sehingga sering sekali terjadi salah pemakaian teknologi, di antaranya penggunaan amplifier dan tidak diketahuinya perhitungan link budget.

Sementara itu, sejak diperkenalkan di tahun 1990 dan diresmikan penggunaannya tahun 1999, teknologi standar 802.11 (teknologi nirkabel) tidak mengalami suatu kemajuan yang mencolok. Hal yang mencolok justru berkaitan dengan skala ekonomi yang sudah diprediksi sejak awal diperkenalkannya teknologi nirkabel ini. Dengan demikian, ada hal menarik di mana harga teknologi nirkabel menjadi semakin terjangkau. Saat ini, satu access point yang dapat dipakai untuk outdoor unit harganya hanya Rp 500 ribu dan jika digabung dengan antena dan lainnya, harganya tidak lebih dari Rp 2 juta.

Menurut Michael Sunggiardi, anggota IndoWLI (Indosat Wireless LAN Internet), saat ini perangkat nirkabel yang dominan dipakai adalah perangkat yang memiliki daya besar, sehingga tidak memusingkan sewaktu pemasangannya, perangkat yang bentuknya praktis bergabung dengan antena
sehingga tidak membutuhkan tower yang besar dan mahal, dan perangkat yang dapat diutak-atik sehingga memenuhi kebutuhan yang lebih spesifik.

Michael yang juga menjabat CTO PT Marvel Network Sistem menyatakan, saat ini terjadi kekacauan teknologi nirkabel di Indonesia. Hal ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, banyak instalatir yang tidak mau peduli dengan peraturan dan tidak mau melakukan kolaborasi. Kedua, akibat murahnya perangkat, setiap orang menaikkan perangkat nirkabel ke atas atap rumah karena infrastruktur belum memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ketiga, tidak adanya upaya untuk bekerja sama dalam membangun infrastruktur. “Semua mau jalan sendiri,” ujar Michael.

Ke depannya, perkembangan teknologi nirkabel akan mengarah ke beberapa hal. Pertama, semakin banyaknya peranti rumah atau household yang memanfaatkan teknologi nirkabel. Selain itu, industri juga semakin banyak yang memanfaatkan teknologi nirkabel. Kedua, jika penggunaan teknologi nirkabel tidak diatur dengan sebaik-baiknya, maka akan terjadi chaos sehingga teknologi ini akan jalan di tempat. Ketiga, ke depannya diperkirakan tidak akan mudah membuat HotSpot atau wireless city.

Dengan demikian, berdasarkan pengalaman selama lebih dari tujuh tahun dalam teknologi nirkabel, maka Michael menyarankan untuk membuat produk sendiri dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia karena sudah ditunjang oleh open source, open hardware, dan open standard. Hal ini ditambah dengan adanya kemungkinan untuk membuat sistem secara terpadu dari peranti keras dan peranti lunak.

Senada dengan Michael, Hermanudin dari IndoWLI menyatakan, jaringan nirkabel merupakan ujung tombak last mile yang handal, cepat, efisien, dan murah. Terlebih bagi perusahaan-perusahaan yang tidak mempunyai alternatif last mile lain seperti jaringan tembaga, last mile fiber optic, dll.

Di samping itu, dengan terwujudnya kesepahaman peraturan yang diregulasi tentang penggunaan radio nirkabel Wifi, BWA, dan WiMax di semua frekuensi di Indonesia, produk jasa telekomunikasi ke depan diharapkan bisa semakin murah. Adanya peningkatan komunitas pengguna Internet berdampak pada peningkatan komunikasi di masyarakat. Dengan kata lain, teknologi komunikasi harus diliberalisasikan secara komprehensif sehingga menguntungkan perkembangan sumber daya manusia Indonesia ke depannya.

Sumber
   ·         Melihat Jaringan Wireless atau Nirkabel di Indonesia
https://langitsamoedra.wordpress.com/2010/03/01/melihat-jaringan-wireless-atau-nirkabel-di-indonesia/
   ·         Pengertian Wireless Dan Cara Kerjanya Lebih Lengkaphttp://www.pengertianku.net/2015/01/pengertian-wireless-dan-cara-kerjanya-lebih-lengkap.html
   ·         Jenis Jenis Wireless
http://ferraanggun.blogspot.co.id/2012/10/jenis-jenis-wireless_30.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar